Jono memang orang yang sial, apalagi saat dia jatuh cinta. Entah apa yang membuat itu. Mungkin semesta tidak mengijinkannya untuk jatuh cinta.
Muka Jono terlihat kaku saat menatap wajahnya di cermin. Dia baru tau wajahnya ternyata tidak jelek seperti yang orang-orang katakan. Ternyata lebih jelek lagi. Wajahnya dia siram dengan air, tetapi wajahnya tetap kusut seperti kasur kuno. Mungkin karena dia terlalu lama tidak merasakan cinta. Jono membuka pintu dan keluar dari kamar kosnya. Sepeda bututnya dia naiki dan langsung mengayuhnya menuju sekolah.
Sepeda dia senderkan di parkiran. Jono lanjut melangkah ke kelasnya.
“Gimana Jon? Jadi nembak Aya?” Kata Dani teman Jono, menyambut dari pintu kelas.
“Ehmmm… gimana ya? Aku masih gak yakin dan.” Balas Jono.
“Halah… udah langsung tembak aja! Sebelum dikudeta orang lain. Lagi pula kamu kan udah lama kenal sama dia”
“Iya sih. Tapi..”
“udah ya gue duluan. Belum ritual pagi nih.”
“Oh ya. Hati-hati. Jangan lupa disiram ya!”