Sabtu, 13 September 2014

Dalam Duka Ada Jono

       
      sumber
          
Jono memang orang yang sial, apalagi saat dia jatuh cinta. Entah apa yang membuat itu. Mungkin semesta tidak mengijinkannya untuk jatuh cinta.
          
Muka Jono terlihat kaku saat menatap wajahnya di cermin. Dia baru tau wajahnya ternyata tidak jelek seperti yang orang-orang katakan. Ternyata lebih jelek lagi. Wajahnya dia siram dengan air, tetapi wajahnya tetap kusut seperti kasur kuno. Mungkin karena dia terlalu lama tidak merasakan cinta. Jono membuka pintu dan keluar dari kamar kosnya. Sepeda bututnya dia naiki dan langsung mengayuhnya menuju sekolah.
        
Sepeda dia senderkan di parkiran. Jono lanjut melangkah ke kelasnya.
        
“Gimana Jon? Jadi nembak Aya?” Kata Dani teman Jono, menyambut dari pintu kelas.
“Ehmmm… gimana ya? Aku masih gak yakin dan.” Balas Jono.
“Halah… udah langsung tembak aja! Sebelum dikudeta orang lain. Lagi pula kamu kan udah lama kenal sama dia”
“Iya sih. Tapi..”
“udah ya gue duluan. Belum ritual pagi nih.”
“Oh ya. Hati-hati. Jangan lupa disiram ya!”


Jono setuju dengan Dani. Tapi Jono tidak yakin cewek pinter dan secantik Aya mau dengannya. Melihat muka Jono saja perempuan bisa langsung ambein. Tapi Jono tetap Harus nembak Aya. Seperti Kata pepatah “Jodoh pasti Minum Jamu” eh. “Jodoh pasti bertemu”
       
Pelajaran demi pelajaran Jono jalani, tapi dia tetap tidak bisa berkonsentrasi penuh. Hampir separuh waktunya dia habiskan untuk melihat Aya, sang pujaan. Dia pun sampai hafal semua tingkah laku Aya. Mulai dari cara menulis, cara berbicara sampai cara mengupil Aya yang melawan jarum jam. Tetapi Masih ada keraguan di hati Jono untuk meneruskan. Karena alasan klise “Takut Ditolak.”
        
Bel berbunyi, Semua murid merapikan tasnya dan bergegas pulang. Jono terlihat lambat merapikan tasnya. Supaya bisa melihat Aya lewat di depannya.
        
Aroma Stroberi khas Aya sudah tercium di hidung Jono, tetapi dia malah memalingkan pandangan dan pura-pura sibuk. Jono masih ketakutan memandang Aya. Jono memang bodoh sekali.
        
Badan Jono masih menempel di kursi, tetapi kata-kata Dani masih melayang-layang di kepala Jono. Jono memutuskan tidak jadi menembak Aya. Jono sangat egois dalam urusan ini. Dia lebih memilih untuk mengkerangkeng perasaannya dengan jeruji-jeruji keegoisannya. Setelah pertempuran pikiran selesai, ia segera mengambil sepedanya dan pulang.
        
“Minggir kalian semua!! Aku udah gak percaya sama cinta!!”
        
Teriak seseorang diatas bangunan lantai 3, beserta kerumunan di bawahnya. Jono langsung mendekat dan langsung mengambil HPnya. Tetapi bukannya memanggil polisi, Jono malah Selfie. Dasar Alay.
        
“Itu kenapa pak?” Tanya Jono kepada tukang Somay.
“Oh, orang itu?” Tanya Tukang somay memastikan.
“bukan pak. Itu somaynya kok berasep gitu pak?”
“ITU KARENA PANAS!!”
“oh… dia kenapa pak?” sambil menunjuk orang di lantai 3, dengan wajah lugu.
“Dia kecewa cewek yang dia suka jadian sama orang lain.”
“Kok bapak tau?”
“Sebelum mau bunuh diri dia curhat sama bapak.”
“Kasihan ya pak.”
“Makannya, kalo suka sama orang, ya diomongin ke orangnya. Jadinya nyesel kan kalo dipendem sendiri.”
       
Perkataan bapak tadi membuat Jono membeku. Jono tidak ingin nasibnya sama seperti orang itu, atau mungkin lebih parah, seperti melompat dari apartemen lantai 35 yang sudah digusur. Akhirnya, Jono mau nembak Aya besok.
        
        Orang yang mau bunuh diri tadi akhirnya gagal melompat. Karena jendela rumahnya terbuat dari baja yang menyatu kokoh dengan  jendela.
       
       
***
Angin laut berhembus mesuk menghembus kosan Jono. Entah darimana anginnya, karena kosannya jauh dari laut. Intinya waktu udah malam. Jono terbaring di kasurnya. Sambil terbayang-bayang wajah Aya, Jono memikirkan bagaimana cara dia nembak Aya besok. Jono langsung mengambil HPnya dan dihubungi nomer Dani.
        
“Hallo Jon. Gimana? Jadi nembak?”
“Jadi Dan. Tapi nembaknya gimana ya?”
“Kasih coklat sama bunga aja.”
“Klise banget”
“Trus kamu maunya apa? Bangkai Tupai sama Kotoran luwak? Eh, udah dulu ya, lagi sibuk nih.”
“Emangnya kamu lagi ngapain?”
“Bersihin toilet. Tut. Tut. Tut”
        
Jono setuju dengan ide Dani. Jono langsung membuka dompetnya. Disitu hanya ada selembar uang 50 ribu dan 20 ribu. Ini juga sudah akhir bulan. Uang Jono bisa habis semua untuk membeli coklat dan bunga, dan terpaksa puasa seminggu. Tapi Jono ingat kata pepatah. “Kita harus berjuang untuk cinta kita. Meskipun uang bulanan taruhannya.” Entah siapa yang bilang itu.
       
Jono lanjut memegang HP dan mengetik dengan tangan bergetar “Kamu mau gak besok ketemuan di moonbuck jam 3?” pesan itu langsung terkirim ke HP Aya. Jono menunggu sampai keringatnya bercucuran, sampai sampai kasurnya basah seperti kolam lele.
        
Setelah beberapa saat HP Jono berkedip-kedip, Jono langsung memeriksanya. Ternyata itu hanya SMS dari XL-Axiata. Karena kesal Jono melemparkan HPnya dengan sangat keras, ke kasur. Jono lupa kasurnya basah, HPnya jadi bau keringat. Tiba-tiba HPnya Berkedip lagi, dan terlihat nama Aya. Dibukalah SMSnya. Disitu hanya tertulis “YA.” Hanya satu kata, tapi membuat beribu kebahagian bagi Jono.
       
***
        
“Titit!! Titit!! Titit!!” alarm Jono berbunyi keras. Alarm Jono emang agak mesum. Alarm sudah dimatikan. Jono langsung mengangkat badannya dan mengaruk panu-panunya. Jono lanjut berbaring di lantai untuk push-up. Supaya terlihat gagah pas nembak, walaupun kenyataannya Jono terlihat seperti kuli.
       
Sehabis mandi Jono menyemprotkan parfum andalannya, yang merupakan pemberian pemulung depan rumah. Jono langsung lari mencari Toko Coklat dan Bunga. Jono ingin membeli Bunga mawar putih dan dark coklat, karena itu cocok dengan Jono sama Aya. Aya itu mirip Mawar Putih, karna dia putih dan indah. Jono mirip sama dark coklat, karna dia hitam.

  ***
Coklat dan bunga sudah ditangan, dan Jono sudah sampai di Moonbuck. Jono langsung mandorong pintunya. terlihat wajah seseorang yang baru saja menerangi kehidupan Jono, AYA. Wajah Aya seperti Angin dan senyumnya seperti matahari. Jono langsung memasang wajah gantengnya yang sudah dia latih semalaman. Bunga dan coklat langsung disembunyikan Jono dibelakang jaketnya.
        
“hai” kata Jono terbata-bata, sambil mendekati Aya.
“Hai..” Balas Aya dengan senyum pepsodentnya.

***
        
Aya dan Jono melangkah keluar Moonbuck. Jono sangat menikmati percakapannya tadi. Walaupun sedikit pemalu, wawasan Aya melaut dan sangat Einstein dalam berbicara.
        
Waktu tiba juga. Sudah saatnya untuk Jono memberikan coklatnya.
        
“Aya, Ini buat kamu.” Jono memberikan coklat dan bunganya dengan tangan bergetar.
“Makasih banget ya Jon” dengan wajah gembira
        
Aya memberikan respon positif. Jono semakin PD untuk menembak Aya. Tapi tetap saja, masih sulit Untuk diutarakan. Ditambah lagi dengan detak jantung yang memberondonginya.
        
“Aya, Kamu mau gak jadi pacar aku?”
        
Akhirnya kata itu keluar. Jono baru saja membuang kerangkeng keegoisannya dan melepaskan semua perasaannya. Jono sangat lega. Rasanya seperti berhasil buang air setelah 2 minggu.
        
Tok…. Tiba-tiba ada orang yang ngelempar dompet ke Jono. Jono menatap dompet itu sambil mengernyitkan dahi. Tiba-tiba terdengar suara derab orang-orang dari belakang.
        
“Woy MALING.” Kata salah seoarang warga.
“Saya bukan MAAA…. MAMA!” Teriak Jono sambil lari Terbirit-birit.
        
Lari Jono sangat kencang. Lebih kencang dari cheetah yang mencari rumah sakit untuk melahirkan. Tapi Sial masih senang menghampiri Jono. Jono memang sudah jauh meninggalkan warga. Tapi ternyata dia hanya mengitari moonbuck dan kembali ke tempat tadi. Akhirnya dia tertangkap dan dihajar Warga.
        
“Itu bukan malingnya” kata seorang ibu pemilik dompet.
        
Warga langsung membubarkan diri tanpa rasa bersalah karena memukul orang yang salah. Jono terlihat terkapar di pinggir jalan dengan kulit yang mulai berubah jadi biru.
        
“Tuhann!! sial lagi bisa gak.” Keluh jono. Dengan badan memar, wajah berdarah, dan bibir pecah-pecah Jono menengok ke arah parkiran moonbuck. Jono melihat Aya sedang diboncengi seseorang bermotor dan gede. Saking besarnya motor itu mungkin sudah mempunyai KTP.
        
Tetapi Jono tak bisa apa-apa lagi dan perlahan-lahan kesadarannya hilang.

***
        
Mata Jono mulai terbuka. Dia memandang orang yang tak asing lagi. Yang jelas bukan Aya tapi Dani. Dani sudah nemenin Jono 3 hari. Sebenarnya luka Jono tidak begitu parah. Jononya aja yang cemen.
        
“Aya dimana Dan?”
“Jono Jono. Orang sadar dimana-mana Tanya aku dimana? Kamu malah nanya Aya dimana ”
“Kemarin aku liat Aya diboncengin sama cowok.”
“Jadi Aya udah punya pacar. Tenang aja Jon. Masih banyak cewek diluar sana. Walaupun udah nggak begitu banyak, karena banyak yang jadi lesbi.”
        
Dani memang sangat cerdas membuat orang kesal. Karena itulah dia tidak mempunyai teman kecuali Jono. Jono terlalu lugu dan selalu menuruti kata-kata Dani.
        
“tapi tenang Jon. Kata temen gue semakin keras lo mencoba semakin lo dekat dengan keberhasilan!”
        
Jono setuju lagi dengan kata Dani. Jono pikir ia harus coba lebih keras lagi! Siapa tau yang gonceng kemarin bukan pacarnya, tapi bapaknya. Jono langsung bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar sambil membawa infus.
        
“Mau kemana kamu Jon?”
“Aku mau memperjuangkan cintaku!”

Dani hanya Terdiam, karena dia heran dengan Jono.

“Dia Gila atau Gak waras ya?” Pikir Dani.
        
Jono akhirnya sampai di lobi. Walaupun jalannya tertatih, Jono rasa ini layak untuk diperjuangkan. Jono tidak terbiasa berjalan sambil membawa infus. Dia lebih fokus memperhatikan infus daripada jalan. Mendadak badan Jono terhempas ke bawah. Dilihatnya seorang perempuan yang baru menabraknya.
        
Perempun itu cantik, bahkan melebihi Aya. kulitnya sawo matang sempurna. Rambutnya yang bergelombang membuat Jono tenggelam di dalamnya.
       
“Jo.. Jono?” kata perempuan itu.
“Kamu siapa?” sahut Jono.
“Aku seperti jelly Beby. Temen TK kamu! Kamu yang pernah nyelametin hidup aku!”
        
Jono akhirnya ingat dengan teman TKnya. Dulu Jono memang pernah tak sengaja menyelamatkan Beby. Waktu itu Beby tak sengaja tersandung di atas tangga dan ternyata ada Jono dibawah, jadi Beby tidak kenapa-napa. Tetapi Jono Pingsan selama 1 minggu karena otaknya keseleo. Itulah kenapa Jono sedikit idiot.
        
“Oh iya kamu….” Jono akhirnya pingsan setelah ditembak senapan gajah dari dokter yang berhasil dani panggil.

***
     
“Aku dimana? Kamu siapa? Warisanku berapa?” Tanya Jono sambil membuka mata perlahan.
“Kamu masih dirumah sakit. Kamu tadi kena bius.” Jawab Dani bijak.
        
Jono akhirnya sudah sadar sepenuhnya setelah 5 hari pingsan. Dia melihat 2 orang ada di sampingnya, yaitu Dani dan Beby.
         
“Jon, maafin aku ya. Soalnya selama ini aku udah sok tahu sama kamu. Karna ngikutin semua omonganku kamu jadi seperti ini.” Kata Dani menyesal
“Gak papa. Santai aja. Paling nanti kamu aku mutilasi. hehehe” canda Jono
“Jono?” Panggil Beby.
“Apa beb?”
“Jadian yuk!”
        
Beby langsung berteriak. Karena detak jantung Jono berhenti. Beby langsung memukul dada Jono supaya berdetak lagi.
   
“Aku mau kok beb. Sekarang kita udah impas.”

Akhirnya mereka Berpacaran.

***
        
Beberapa hari kemudian sekolah Jono mengadakan Pensi. Jono datang bersama pacar barunya Beby. Disana mereka terlihat sangat bahagia. Mereka menikmati setiap pertunjukan yang ditampilkan. Tak sengaja Jono melihat Aya yang sedang bertengkar dengan pacarnya. Mereka terlihat tak akur, mungkin sedang mengalami masalah besar.
        
Pertangkaran diakhiri dengan tamparan di wajah kekasih Aya. Aya yang basah pipinya melihat Jono dan mendekatinya. Aya mengucapkan selamat kepada Jono atas pacar barunya.
        
Aya berlalu meninggalkan Jono dan Beby. Jono merankul Beby dengan erat sambil menikmati alunan music yang mengalir. Jono bersyukur atas semua kesialannya. Mungkin jika dia tidak dicat biru oleh warga, Jono masih memfosil. Memang selalu ada hal baik di setiap kesialan.
        
Cinta memang tak selalu memandang rupa. Fisik yang sempurna dari seorang pria dapat meluluhkan hati Aya, tapi hanya sementara. Sedangkan pertolongan yang tulus dari Jono kepada Beby, membuat cinta mereka lebih murni. Semua kejadian ini membuat Jono percaya.
        
“Jangan melihat cinta seseorang dari bentuknya, tapi lihatlah seberapa tulus cintanya kepada mu. Karena Ketulusan merupakan unsur utama dari Cinta”
       
***
      
6 tahun kemudian Jono dan Beby menikah. Hidup mereka sangat bahagia, ditambah lagi meraka berhasil membuka bisnis baru, yaitu  bisnis tambak piranha. Karena keuletan dan inovasi, mereka untung besar. Piranha  yang ada ditambak, mereka olah sebagai berbagai bahan makanan. Hampir semua bagian piranha mereka gunakan. Dagingnya diolah sebagai steak piranha, Kulitnya sebagai Kerupuk piranha, dan kotoran dari piranha yang diberi makan kopi diolah sebagai diolah sebagai kopi piranha. Selain itu beberapa piranha berbakat juga dilatih untuk bermain sirkus.
        
Usaha mereka sukses besar. Kekayaan mereka berlimpah. Bahkan mereka termasuk 50 orang terkaya di dunia. Tapi kekayaan mereka tak membuatnya menjadi sombong dan pelit. Mereka membuka sebuah yayasan khusus untuk orang-orang yang tidak beruntung. Yayasan itu bernama yayasan JOS “Jono Orang Sial”.  

Semua hal tersebut membuat mereka bahagia selamanya. Bahkan Beby sudah 5 bulan mengandung anak pertamanya. Hidup Jono nyaris sempurna. Tetapi Kesialan Jono tidak hanya sampai disini.

1 komentar:

silahkan komen apa aja sesuka hati kalian. kalo jelek tinggal aku spam, HUAHAHAHAHA